SEJARAH SINGKAT MASUKNYA BELANDA KE KABUPATEN GARUT

Ini adalah kisah Kolonel Nasution yang saat itu menjabat sebagai Panglima Siliwangi, dalam keadaan beradu taktik dan strategi dengan penjajah yaitu Belanda pada masa perang kemerdekaan. Di buku nya yang berjudul “Memenuhi Panggilan Tugas”, Panglima Nasution menuliskan pengalamannya saat dia merasa tidak berdaya dan kalah cerdik dari para tentara Belanda, hingga dia seperti mengutuk dirinya sendiri dengan berkata secara berkali-kali dalam hati nya: “Panglima apa saya ini?” Sebab apa? Pada tanggal 10 Agustus tahun 1947 Belanda berhasil masuk ke kota Garut tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti!  Tentara Belanda sudah bergerak sejak dari tanggal 9 Agustus dari arah Cicalengka dan turut didukung serangan udara secara terus menerus ke arah Leles hingga Garut. Pada saat itu Panglima Nasution mempersiapkan satuan atau Batalyon Askari di daerah Nagreg untuk melakukan penghadangan. Tapi sepertinya tentara Belanda sudah membaca taktik Panglima Nasution karena mereka tidak menyerang melalui jalur Nagreg. Panglima Nasution tidak menyangka dan tidak memperhitungkan bahwa Belanda akan masuk dan bisa membelakangi meraka melalui jalan-jalan desa yang langsung mengarah ke Leles. Tentara Belanda akhirnya berhasil masuk ke daerah Leles dengan mudah tanpa hadangan karena mereka sudah mengetahui bahwa pasukan siliwang sudah terkonsentrasi di jalur nagreg.  Di sisi lain, kecolongan serupa juga terjadi. Batalyon Depot dari Kapten Paikun sebagai cadangan di Cikajang kena terobos dari bagian belakang. Sedianya mereka dipersiapkan untuk menghadang tentara Belanda jika Garut diduduki penjajah. Mereka sangat kaget, ternyata musuh sudah berada di daerah mereka, masuk melalui jalur selatan antara Pangalengan-Arjuna. Lucunya, komandan batalyon beserta para perwiranya saat itu sedang sarapan dan melihat tentara Belanda sedang menuju Garut lewat di hadapan mereka. Semula mereka menyangka itu adalah konvoi tentara republik, tapi saat tersadar dan ada yang berkata: “kita tak punya truk-truk begitu baik.”  Begitu pula komandan brigade di kota Garut yang membelakangi Cikajang untuk menghadapi musuh di kota, merasa kaget dengan kedatangan musuh yang masuk dari arah belakang. Pasukan di kota ini kemudian mundur untuk berjalan memutar menuju Pamegatan dan terus ke Banjarwangi.  Sementara itu, Nasution yang sedang melakukan pemantauan perkembangan di daerah Ngamplang segera bergegas ke arah Tasikmalaya. Jembatan-jembatan yang menghubungkan antara Garut Tasikmalaya kemudian dihancurkan untuk menghambat dan membuat gerak pasukan Belanda tidak terlalu signifikan.  Namun, ada hal lain yang membuat sedih Jendral Nasution. Saat terjadi serangan udara di Leles sebelum Belanda masuk, Nasution mendapat laporan bahwa masyarakat di sana bersikap “kurang kooperatif”. Saat pesawat-pesawat musuh beraksi di atas jalan raya, masyarakat justru meminta tentara supaya tidak berada disekitar rumahnya karena mereka khawatir rumahnya menjadi sasaran dari serangan undara musuh.    Sumber : Naratas Garut
Ini adalah kisah Kolonel Nasution yang saat itu menjabat sebagai Panglima Siliwangi, dalam keadaan beradu taktik dan strategi dengan penjajah yaitu Belanda pada masa perang kemerdekaan. Di buku nya yang berjudul “Memenuhi Panggilan Tugas”, Panglima Nasution menuliskan pengalamannya saat dia merasa tidak berdaya dan kalah cerdik dari para tentara Belanda, hingga dia seperti mengutuk dirinya sendiri dengan berkata secara berkali-kali dalam hati nya: “Panglima apa saya ini?” Sebab apa? Pada tanggal 10 Agustus tahun 1947 Belanda berhasil masuk ke kota Garut tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti!
Tentara Belanda sudah bergerak sejak dari tanggal 9 Agustus dari arah Cicalengka dan turut didukung serangan udara secara terus menerus ke arah Leles hingga Garut. Pada saat itu Panglima Nasution mempersiapkan satuan atau Batalyon Askari di daerah Nagreg untuk melakukan penghadangan. Tapi sepertinya tentara Belanda sudah membaca taktik Panglima Nasution karena mereka tidak menyerang melalui jalur Nagreg. Panglima Nasution tidak menyangka dan tidak memperhitungkan bahwa Belanda akan masuk dan bisa membelakangi meraka melalui jalan-jalan desa yang langsung mengarah ke Leles. Tentara Belanda akhirnya berhasil masuk ke daerah Leles dengan mudah tanpa hadangan karena mereka sudah mengetahui bahwa pasukan siliwang sudah terkonsentrasi di jalur nagreg.
Di sisi lain, kecolongan serupa juga terjadi. Batalyon Depot dari Kapten Paikun sebagai cadangan di Cikajang kena terobos dari bagian belakang. Sedianya mereka dipersiapkan untuk menghadang tentara Belanda jika Garut diduduki penjajah. Mereka sangat kaget, ternyata musuh sudah berada di daerah mereka, masuk melalui jalur selatan antara Pangalengan-Arjuna. Lucunya, komandan batalyon beserta para perwiranya saat itu sedang sarapan dan melihat tentara Belanda sedang menuju Garut lewat di hadapan mereka. Semula mereka menyangka itu adalah konvoi tentara republik, tapi saat tersadar dan ada yang berkata: “kita tak punya truk-truk begitu baik.”
Begitu pula komandan brigade di kota Garut yang membelakangi Cikajang untuk menghadapi musuh di kota, merasa kaget dengan kedatangan musuh yang masuk dari arah belakang. Pasukan di kota ini kemudian mundur untuk berjalan memutar menuju Pamegatan dan terus ke Banjarwangi.
Sementara itu, Nasution yang sedang melakukan pemantauan perkembangan di daerah Ngamplang segera bergegas ke arah Tasikmalaya. Jembatan-jembatan yang menghubungkan antara Garut Tasikmalaya kemudian dihancurkan untuk menghambat dan membuat gerak pasukan Belanda tidak terlalu signifikan.
Namun, ada hal lain yang membuat sedih Jendral Nasution. Saat terjadi serangan udara di Leles sebelum Belanda masuk, Nasution mendapat laporan bahwa masyarakat di sana bersikap “kurang kooperatif”. Saat pesawat-pesawat musuh beraksi di atas jalan raya, masyarakat justru meminta tentara supaya tidak berada disekitar rumahnya karena mereka khawatir rumahnya menjadi sasaran dari serangan undara musuh.

Sumber : Naratas Garut

0 Response to "SEJARAH SINGKAT MASUKNYA BELANDA KE KABUPATEN GARUT"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel